Rabat beton dari Bangub yang tidak diaspal |
BREBES (MP) Mendengar besarnya anggaran yang di
kucurkan untuk pengerjaan proyek peningkatan jalan( rabat beton), harusnya
hasil dari proyek tersebut bisa bertahan lama. Tapi tidak dengan proyek yang
berada di desa Bulakelor, Kecamatan
Ketanggungan, Kabupaten Brebes , baru selesai dikerjakan beberapa bulan
yang lalu kondisi jalan sudah tampak rusak. Diduga pengerjaan proyek dikerjakan
asal jadi.Ini disampaikan warga sekitar lokasi proyek.
Dikatakannya, sesuai
hasil pantauan di lapangan, baru 3 bulaan, proyek yang baru dikerjakan sudah
rusak. Menurutnya hasil finishing proyek peningkatan jalan itu, baru selesai,
namun batu-batu krikil yang terpasang hampir pada hancu dan rabat beton
tersebut tidak di aspal atau sensit. Ini membuktikan, adanya permainan dari
pelaku proyek dalam pelaksanan kegiatan pembangunan yang bersumber uang
negara.
“Kalau saya pikir, dari
hasil kerja di lapangan. Dalam hitungan bulan, jalan akan kembali seperti semula.
Sekarang saja, jalan yang harusnya dirasakan rata saat berkendaraan, kondisinya
sudah rusak. Ada apa dengan pelaksanaan proyek tersebut ? jangan jangan proyek
itu di jadikan korupsi berjamaah !! ” tegas warga yng tak mau di sebutkan
namanya
Kepada wartawan Wastro selaku ketua Timlak proyek mengatakan kalau Dirinya selaku ketua hanya formalitas belaka, semua kegiatan poyek di pegang oleh Narson perangkat desa Bulakelor. Bahkan untuk urusan keuangan dan belanja material pun tidak tahu.
“Yang
membuat saya bingung untuk belanja pasir harganya 1,7 Juta. “ ujar Wastro.
Semetara Makrusno selaku
mantan Kepala desa Bulakelor saat di klarifikasi beersama Wastro di rumaahnya mengatakan
itu merupakan proyek peningkatan jalan (rabat beton ) di RT 04/ RW 05, anggaran dari Bantuan Gubernur (Bangub)
provinsi Jawa Tengah TA 2016 dengan nilai 200 Juta sepajang 293 Meter. Dirinya
menambahkan kalau memang benar dalam RAB itu ada pengaspalan atau sensit dalam
proyek peningkatan jalan tersebut tapi tidak dilaksanakan karena adanya
penambahan lokasi rabat beton yaitu yang seharusnya proyek tersebut digarap lurus sepanjang 293 M dari
timur ke barat, namun diperempatan ada penambaahan ke utara, jadi
anggarannya tidak cukup untuk mengaspal. Kegiatan itu memang di borongkan Kepada
pihak ke 3 deengan nillai 25 Ribu per meter.
“ Dan pelaksanaan
proyek tersebut Narson dan Sekdes Darsono yang lebih tahu.” Ujar Makrusno.
Ketika Narson dan
Sekdes Darsono di klarifikkasi di kantornya
membantah kalau proyek tersebut di borongkan, menurutnya yang belanja peragkat
dan yang kerja adalah orang Bulakelor. Dan dalam kegiatan tersebut tidak ada
HOK, tapi adanya swadaya. Sementara terkait tidak adanya pengaspalan, Nasron
dan Darsono tidak menjawab dengan detail.
Sungguh sangat di
sayangkan bilamana anggaran pembangunan yang bersumber dari uang rakyat dilaksakaan secara asal asalan, dan bahkan
ada dugaan dijadikaan arena korupsi, sebab adanya satu item yang tidak
dikerjakan. Jadi jelas hal ini perlu adaya tindak lanjut dari pihak terkait. (Rif)